PATEN – Wakil Walikota Jambi Dr. dr. H. Maulana, MKM menilai mahasiswa perlu berpartisipasi sebagai generasi milenial dalam era digital, yaitu milenial sebagai digital talent, pelaku usaha, sekaligus sebagai potensi pasar dalam negeri.
Motivasi ini diberikan Wawako saat menjadi Pembicara pada acara Festival Ekonomi Syariah dan Bisnis (Fesbi) UIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, di Aula Kampus UIN Telanaipura, Sabtu, 26 Maret 2022.
Dalam paparannya Maulana menjelaskan meski di tengah pandemi Covid-19, ekonomi digital di Indonesia pada tahun 2020 bertumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibanding Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Hal tersebut menurut Maulana didorong oleh perubahan perilaku masyarakat di masa pandemi. Masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di rumah lebih memilih melakukan less contact economy seperti berbelanja daring, dan melakukan aktivitas pekerjaan melalui pertemuan virtual. Covid-19 juga membuat konsumsi produk kesehatan dan daya tahan tubuh meningkat.
” Pergeseran pola konsumsi masyarakat tersebut juga mendorong UMKM yang tadinya melaksanakan usahanya melalui cara konvensional menjadi turut beradaptasi menggunakan e-commerce. Sebanyak 1 dari 5 pelaku usaha yang aktif menjual di e-commerce adalah pengguna baru, ” jelasnya.
Namun, Wawako juga mengatakan jika dilihat dari nilai ekonomi digital per kapita. Secara berurutan, nilai terbesar masih dipimpin oleh Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan demikian Indonesia masih berada di urutan keempat dibanding negara-negara tetangga. Untuk menjadi yang terbaik, berbagai tantangan dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia perlu diselesaikan, diantaranya infrastruktur, SDM digital, regulasi.
Selain itu, potensi ekonomi digital di Indonesia masih dapat dikembangkan. Dari sisi demografi, berdasarkan data BPS pada 2020, dari sebanyak 270,2 juta penduduk Indonesia, sebanyak 163 juta orang berada direntang usia 15-64 tahun. Dimana penetrasi internet berada diangka 71%, dan penggunaan media sosial sebesar 59%.
“Indonesia membutuhkan talenta digital sebanyak 9 juta orang untuk 15 tahun kedepan. World Economic Forum (WEF) memprediksikan pada tahun 2025 akan ada 85 juta pekerjaan yang tergantikan karena automasi. Selanjutnya akan muncul pekerjaan baru dengan integrasi keterampilan manusia, mesin, dan algoritme.” tandasnya.
Discussion about this post