Rubrikjambi, Jambi –
Masa pandemi Covid 18 saat ini, bu hamil sedapat mungkin diam di rumah untuk menjaga kesehatan janinnya di masa pandemi, kecuali keluar untuk kontrol rutin ke rumah sakit.
Pernyataan ini disampaikan Spesialias Obstetri dan Ginekologi RSIA Anisah Jambi Dr. dr. Hj. Nadiyah, Sp.OG ketika berbicara tentang “Perlindungan Ibu, Anak, dan Balita dari COVID-19” secara daring pada Sabtu (11/9) siang.
Istri Wawako Jambi ini menjelaskan bagi ibu hamil dengan risiko kehamilan rendah untuk cek kehamilan minimal enam kali, yakni di bawah tiga bulan, trimester kedua sekitar tujuh bulan, dan di atas tujuh bulan sampai melahirkan.
Sedangkan untuk ibu hamil berisiko tinggi – seperti memiliki penyakit diabetes, hipertensi, asma – perlu lebih sering melakulan pengecekan untuk memastikan kondisi kesehatan kandungannya.
Termasuk juga ibu yang punya riwayat kehamilan sebelumnya berisiko misalnya bayi meninggal dalam kandungan, lahir prematur, atau gangguan pertumbuhan perlu kontrol lebih sering.
“Jangan sampai kondisi COVID-19 ini ibu takut untuk melakukan pengecekan kehamilan terutama tiga bulan akhir menjelang persalinan yang berdampak pada kesehatan janin dalam kandungannya,” ujarnya.
Terkait hal ini dr. Nadiyah mengatakan sampai saat ini belum ada rekomendasi bagaimana cara paling aman proses persalinan mencegah COVID-19. Tapi kembali pada indikasi apakah ada gejala pada ibu hamil atau bayi yang harus dilakukan tindakan.
Selain rutin kontrol kesehatan ibu hamil diminta patuh menerapkan protokol kesehatan untuk kesehatan ibu dan janin dalam kandungannya. Biasakan pakai masker jika keluar rumah, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta cuci tangan pakai sabun di air mengalir.
“Sebisa mungkin tetap di rumah, kecuali keluar untuk memeriksakan kesehatan kandungan,” paparnya.
Terkait dengan kesehatan anak alumni FK Brawijaya ini mengatakan anak-anak memiliki risiko sama besar seperti yang lainnya. Justru kata Nadiyah anak lebih rentan terpapar virus corona karena keterbatasan pengetahuannya, terutama pada penggunaan masker.
“Anak-anak lebih rentan karena belum tahu bagaimana fungsi penggunaan masker,”
Sehingga menurut wanita yang merupakan Rektor Institut Agama Islam Muhammad Azim (IAIMA) ini, upaya memberikan perlindungan anak pada masa pandemi harus dilakukan lebih ekstra lagi bukan saja karena tren angka kasus eksploitasi anak di Indonesia makin meningkat tetapi juga karena posisi anak yang lebih rentan selama masa pandemi Covid-19.
Dalam hal ini dr. Nadiyah menegaskan angka kasus eksploitasi anak di Indonesia selama masa pandemi naik 2,5 kali lipat.
Catatan Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) mencatat sebelum pandemi Covid 19 kasus kekerasan anak berada di angka 2.851 kasus. Namun saat pandemi meningkat drastis mencapai 7.190 kasus.
“Tentunya masih banyak yang luput dari pemantauan sehingga diperkirakan angkanya jauh lebih tinggi. Situasinya tidak bisa kita bilang biasa, kita perlu memberi perhatian lebih agar perlindungan anak di masa pandemi lebih ekstra lagi kita lakukan,” ungkapnya.
Dijelaskannya anak seringkali mengalami eksploitasi seksual dan ekonomi. Bentuk bujukan kepada anak untuk terlibat dalam aktivitas pornografi, perdagangan anak dan prostitusi menjadi ancaman besar anak Indonesia. Anak-anak juga sering dipekerjakan oleh orang dewasa untuk mendapat keuntungan ekonomi. “Bentuk-bentuk eksploitasi anak seperti ini sangat marak terjadi.
Kondisi himpitan ekonomi pada ujungnya mengorbankan anak-anak. Ini sangat terbuka kita lihat di jalan-jalan. Termasuk di media sosial banyak sekali anak dimanfaatkan untuk aktivitas seksual. Jadi isu ini terjadi di sekitar kita, dekat dengan keseharian kita dan membutuhkan perhatian agar kasus-kasus kekerasan anak bisa kita tekan,” imbuhnya.
Saat pandemi Covid -19 banyak anak Indonesia yang menjadi yatim-piatu karena orangtuanya meninggal akibat Covid. Situasi ini membuat kondisi anak sangat rentan eksploitasi dan karenanya perlu penanganan khusus.
Sambil berharap pandemi Covid-19 cepat usai dan meminta masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan, Nadiyah mendorong agar edukasi perlindungan anak selama masa pandemi dilakukan lebih gencar. “Situasi krisis banyak melahirkan krisis baru jika kita tidak waspada. Demikian halnya Covid-19 yang telah melahirkan banyak krisis baru yang salah satunya berupa eksploitasi yang tengah mengancam anak Indonesia.(*/Red)
Discussion about this post