Rubrikjambi, KUALA TUNGKAL –
Program Pemkab Tanjab Barat yang mewajibkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk membeli beras produk petani lokal pada setiap bulan nya, rupanya tak semulus apa yang diharapkan.
Hampir satu tahun menjalankan program tersebut, didapati polemik-polemik yang menghambat realisasi dari terobosan Anwar Sadat dan Hairan itu.
Informasi yang berhasil dihimpun media ini, beberapa waktu lalu, ASN di lingkup Pemkab Tanjab Barat disinyalir mengeluh terkait dengan kualitas beras yang dinilai tidak bagus dan cepat ‘basi’ ( bau-Red ) ini, banyak ASN yang kecewa.
Padahal, jika menilik dari beras yang diproduksi oleh para petani di Tanjab Barat, kualitas yang dihasilkan terbilang tinggi dan berdaya saing.
Berangkat dari hal itu, terindikasi bahwa beras yang diwajibkan dibeli para ASN bukanlah beras asli dari petani Tanjab Barat. Selain itu, pengadaan beras bagi para ASN ini diduga menjadi ajang monopoli para penanggung jawab pengadaan beras.
Salah seorang sumber yang enggan disebutkan namanya membeberkan, selama tahun 2022, beras yang dijual ke ASN itu merupakan beras yang diimpor dari luar Kabupaten Tanjab Barat. Hanya saja, ketika akan didistribusikan, kemasan pada beras dirubah menjadi kemasan beras lokal dengan label “Berkah Tani” ( beras produksi petani lokal Kab Tanjung Jabung Barat).
“Itu beras sebagian ada dari luar, jadi dicampur dulu, kemudian dibuat kemasan baru dengan logo beras lokal,” ujar sumber yang engan dituliskan namanya itu.
Masih kata sumber, beras produksi petani Tanjab Barat tidak terserap dengan maksimal. “Jadi, terobosan dari Bupati dan Wabup untuk mendukung pasar beras petani lokal, membangun ketahanan pangan, memacu pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan kesejahteraan petani lokal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi tersendat, akibat terlalu banyak permainan oknum-oknum nakal,” terangnya.
Terkait hal ini, Ismail yang menjadi penanggung jawab, pengadaan Beras bagi ASN itu, ketika ditanya tentang hal tersebut, menampik kalau beras yang dikemasnya adalah beras dari petani lokal yang tersebar di beberapa tempat seperti di Kecamatan Tungkal Ulu seperti dari Desa Sri Agung, Batang Asam, Kecamatan Senyerang, Kecamatan Pengabuan.
Namun, pernah terjadi beberapa waktu lalu, hasil produksi petani over produk (melimpah) sehingga, pihak nya menjual nya lewat ‘medsos’ (e-warung). Tapi ada pula, pihaknya kesulitan mendapatkan beras petani, dikarenakan gagal panen, karena faktor alam dan hujan dan mendapatkan beras kurang bagus dan hancur.
Namun hal ini dapat diatasi dengan mengolah kembali beras dengan cara mencampur dengan beras lain, ujar Ismail menjelaskan.
Dan untuk tahun 2023 ini, karena iklim dan waktu penghujan, kami agak kesulitan mencari pasokan beras petani di Kab Tanjung Jabung Barat ini. “Rencananya akan dibicarakan lagi dengan Dinas terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian, kata Ismail menutup pembicaraan dan berjanji akan memberikan informasi selanjutnya.(Rta)
Discussion about this post