Oleh : Sri Junia Putri
Rubrikjambi, Jambi -Pagi baru saja menyerisik di Kecamatan Batang Merangin Kerinci, tepatnya di desa Sei Manggis Muara Emat, yang merupakan kawasan perbukitan, di kelilingi oleh kawasan TNKS, terlihat Embun yang tersisa dari gerimis semalam menabur kabut tipis di jalan menanjak yang saya lalui.
Bagi kami peladang di sana, jalan terjal menanjak bukan sesuatu yang terlalu berat untuk dilalui. Buktinya di tengah aroma belukar basah kami berjalan santai beriringan sambil membawa ambung sebagai bekal. Dalam ambung rotan yang lama menemani kami kebun itu ada nasi, gulai jengkol, sambal sarden, daun ubi dan pete muda untuk disantap saat tengah hari.

Luas lahan tanah kosong seluas lebih kurang 1 hektare, yang telah diberikan kedua orang tua kepada saya untuk di garap hanya lahan kosong belukar, di tepi hutan yang menghijau sejauh mata memandang, awalnya hanya saya tanami Kopi saja, saat ini kopi saya relatif muda, masih berumur 3 tahun. Dan baru merasakan panen agung di tahun ini.
Aktivitas sebagai jurnalis membuat saya hanya sebulan sekali melihat kebun. Namun cerita kopi yang mulai berbunga beberapa bulan lalu, mengundang saya datang jauh dari Jambi untuk menyambangi kebun itu.
Tentang kopi. Ada kisahnya tersendiri, Kopi Kerinci terkenal sampai ke Eropa, sejak masa kolonial Belanda. Sayangnya, harga kopi cukup beranjak naik turun tak pasti. Namun sebagai petani yang terpenting ada perputaran uang untuk menutupi biaya tanam dan keperluan lainnya.
Kami seperti Petani Kopi di Muara Emat Batang Merangin Kerinci secara turun temurun memiliki pengetahuan mengolah lahan, budidaya kopi, memetik, dan pengolahan pasca panen. Pendapatan dari kopi tambal sulam dengan hasil panen buahan lain seperti durian, duku dan pete.
Hari itu saat pagi baru sebahu, harum semerbak bunga kopi menguar dari balik kebun kopi milik kami di atas bukit tepi jalan lintas Bangko – Kerinci. Aroma harum berasal dari bunga kopi robusta yang bermekaran. Bunga-bunga berwarna putih terhamparan luas di kebun kopi.
Saat kopi berbunga, hanya mekar selama tiga hari, kemudian layu dan rontok. Bunga kopi ternyata juga nikmat jadi minuman. Proses petik bunga kopi harus hati-hati, agar buah kopi tak rusak.
Saban pagi, saya bersama para petani lainnya yang tidak lain adalah keluarga sepupu saya ke kebun, berencana untuk menyisipkan 1000 bibit kulit kayu manis, yang telah saya siapkan untuk di tanam, bagi saya yang merupakan petani baru, selalu ingin memantau pertumbuhan tanaman, memupuk dan mengendalikan hama dan penyakit. Di sana hampir setiap rumah memiliki kebun kopi dan kulit manis. Kopi bagi warga di sana bagian dari kisah hidup mereka.

Ada cerita dalam setiap proses mulai pengolahan lahan, membersihkan rumput, memangkas dahan, memetik coffe cherry atau buah kopi, menjemur, mengupas kulit, menyangrai, menggiling hingga mengemas kopi siap saji.
Kopi biasa dijemur di lantai halaman rumah, atau di atas aspal. Usai dijemur, biji kopi dikupas dari kulit. Hasilnya, biji kopi dijual ke Pasar atau dikirim ke tengkulak. Harga biji kopi ditentukan mekanisme pasar, petani tak memiliki kedaulatan menentukan harga.
Harga ditentukan para tengkulak kopi dengan beragam harga mulai dari Rp 18.000 hingga Rp 22.000,-.

Hari itu, saya beraktivitas di kebun kopi baik menyiangi rumput atau gulma dan mengecek dahan tanaman. Secara rutin, kami juga memangkas cabang atau dahan yang tak produktif. Sedangkan pemupukan dua kali setahun, sebelum dan sesudah musim hujan. Tak lupa memastikan tanaman naungan di sekitar kopi juga sehat antara lain lamtoro dan belukar.
Tanaman kopi ditentukan oleh pengolahan lahan, penyediaan bibit tanaman unggulan serta pengendalian hama dan penyakit. Jadi, semua proses harus diperhatikan. Pemetikan buah kopi juga harus dipilih yang matang. Kalau petik salah, kualitas biji kopi bisa merosot. Petani harus memilih hanya memetik biji kopi merah dan masak sempurna.
Harapan kami selaku petani kopi sederhana, apa yang kami tanam hari ini bisa menjadi bekal di masa nanti. Harapan yang kami semai jauh di tepi belantara indah yang sejuk di TNKS.
JAMBI JUNI 2021
Discussion about this post